1. Jelaskan definisi Penalaran
dan jenisnya !
Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh
kesimpulan/pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar
akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas
berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran.
Bernalar mengarah pada berpikir benar,
lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena
penalaran mendidik manusia bersikap objektif,
tegas, dan berani; suatu sikap
yang dibutuhkan dalam segala kondisi.
Penalaran adalah suatu proses berfikir yang logis
dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta
untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta adalah
kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus
mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang
menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, mengukur, menaksir, memberikan
ciri-ciri, mengklasifikasikan dan menghubung-hubungkan.
Penalaran
dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah merupakan
sistem antara kedua penalaran ini. Penalaran induktif ialah proses berfikir
yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena/gejala individual untuk
menurunkan suatu kesimpulan (inferensi) yang berlaku umum. Sedangkan penalaran
deduktif ialah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang
berlaku umum untuk suatu hal/gejala, atas prinsip umum tersebut ditarik
kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian hal/gejala umum di
atas.
- Penalaran Induktif
Penalaran
induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan yang bertolak dari pernyataan-pernyataan
yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan
yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis). Penalaran
induktif (prosesnya disebut induksi) merupakan proses penalaran untuk menarik
suatu prinsip atau sikap yang berlaku untuk umum maupun suatu kesimpulan yang
bersifat umum berdasarkan atas fakta-fakta khusus.
Keuntungan
Menggunakan Penalaran Induktif :
- Pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis
- Dari pernyataan yang bersifat umum dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif.
- Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu
atau lebih pernyataan yang lebih umum.Simpulan yang diperoleh tidak mungkin
lebih umum dari pada proposisi tempat menarik kesimpulan itu disebut premis.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung
dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
2. Jelaskan definisi
Proposisi dan berikan contohnya !
Dalam
proses penalaran, kita menghubungkan fakta-fakta. Hubungan itu diungkapkan
dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan/kalimat berita. Kalimat yang
berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi. Pernyataan dapat benar dan salah, jadi proposisi dapat
dibatasi sebagai kalimat yang mengandung pernyataan
tentang hubungan fakta-fakta yang
dapat dinilai benar dan salah. Dalam berpikir proposisi, yaitu merupakan
unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
Proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam
bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Suatu proposisi
mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti berbentuk
kalimat, tetapi tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke dalam proposisis.
Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya,
kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inverse tidak dapat disebut
proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah
bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Kalimat
berikut ini bukan proposisi :
- Bangsa burungkah ayam?
- Mudah-mudahan Indonesia menjadi Negara makmur.
- Berdirilah kamu di pinggir pantai.
Kalimat-kalimat
itu dapat diubah menjadi proposisi sebagai berikut :
- Ayam adalah burung.
- Indonesia menjadi negara makmur.
- Kamu berdiri di pinggir pantai.
Dari
uraian di atas, dapat dikatakan bahwa proposisi itu harus terdiri dari subjek
dan predikat yang masing-masing dapat diwujudkan dalam kelompoknya sehingga
dapat dilihat hubungan sekelompok subjek dan kelompok predikat.
3. Jelaskan definisi
Silogisme, jenisnya, dan berikan contoh !
Silogisme adalah jenis penalaran
deduksi secara tidak langsung. Silogisme
merupakan penemuan terbesar dari ahli filsafat terkenal, Aristoteles. Dalam pengertian umum, silogisme adalah
suatu argument deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan.
Silogisme adalah setiap penyimpulan tidak langsung, yang dari dua proposisi
(premis-premis) disimpulkan suatu proposisi baru (kesimpulan). Premis yang
pertama disebut premis umum (premis mayor) dan premis yang kedua disebut premis
khusus (premis minor). Kesimpulan itu berhubungan erat sekali dengan
premis-premis yang ada. Jika premis-premisnya benar maka kesimpulannya juga
benar. Dalam penerapannya, ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategoris,
silogisme hipotesis, dan silogisme alternatif.
- Silogisme kategoris adalah silogisme yang terdiri dari tiga proposisi (premis) kategoris. Contoh silogisme kategoris :
·
Semua
manusia adalah makhluk berakal budi (premis mayor)
·
Afdan
adalah manusia (premis minor)
·
Jadi,
Afdan adalah makhluk berakal budi (kesimpulan)
- Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan hipotesis dan premis minornya merupakan pernyataan kategoris. Contoh silogisme hipotesis :
·
Jika
hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman (premis mayor)
·
Hari
ini tidak hujan (premis minor)
·
Maka,
saya akan kerumah paman (kesimpulan).
- Silogisme alternatif adalah silogisme yang premis mayornya premis alternatif, premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya, dan kesimpulannya menolak alternatif yang lain. Contoh silogisme alternatif:
·
Kakek
berada di Bantaeng atau Makassar (premis mayor)
·
Kakek
berada di Bantaeng (premis minor)
·
Jadi,
kakek tidak berada di Makassar (kesimpulan)
Referensi
:
1. “Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi” oleh Minto Rahayu.
2. “Pengantar
Logika” oleh Maran, R
Raga.
3.
“Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi” oleh
Zaenal Arifin dan Amran Tasai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar