Saya
pribadi masih bertanya istilah untuk orang yang ragu-ragu atau tidak
berkeyakinan kepada dirinya sendiri. Apakah itu bisa disebut krisis kepercayaan
diri? Atau apa? Jika skeptis berarti tidak mudah percaya, ragu-ragu, atau
curiga terhadap atas apa yang bukan bersumber dari diri sendiri, jadi lawan
dari skeptis cukup menjelaskan pertanyaan saya tadi? Ah saya masih tidak paham.
Ini
menjadi masalah pada diri saya. Masalah terbesar. Saya tak pernah yakin
terhadap diri saya sendiri, tidak pernah yakin saya bisa, atau mampu, atau
apalah. Jika ada kolom yang meminta menuliskan satu kalimat mengenai diri saya,
saya akan menulisnya; “Pemuda yang sama
sekali tidak berfungsi, silahkan jauhi”.
Saya
tampak menjijikkan? Ya, memang.
Saya
pernah berpikir, apakah sesosok hantu yang menjelma menjadi krisis ini? Yang
terus-terusan menghantui, mengerogoti, dan menguliti jiwa saya dalam setahun
belakangan ini. Atau hantu yang sedang menjalani studinya di bidang psikologis, dengan saya yang
menjadi objek materinya, dan lalu ia berhasil, dan hantu ini kemudian naik
derajat menjadi Malaikat sebagai imbalan dari Tuhan atas apa yang telah ia lakukan pada diri saya.
Yah, bisa saja.
Yah, bisa saja.
Persoalan
lain adalah, saya sulit memahami atau mencoba mengelak terhadap apa yang orang
lain berikan untuk membantu masalah saya ini. Jika ada yang mencoba, reaksi
saya selalu seperti:
“Tidak, tidak. Saya
tidak bisa. Saya tidak yakin.”
Atau
jika berhubungan dengan asmara,
“Tidak, saya tidak
yakin. Saya tidak yakin saya bisa dengannya, saya terlalu takut untuk mencoba.
Saya tak melihat ada secuil kebahagiaan jika ia bersama saya.”
(Kenapa
tiba-tiba asmara? Saya memang sedang kalut dalam hal asmara, dan kekalutan ini
menjadi latar belakang saya untuk menulis ini, -titik.)
Dan
jika begitu, saya sedikit iba terhadap si penolong. Iba karena ia sudah mencoba
iba terhadap diri saya, tapi tampaknya tidak berhasil. Setidaknya asumsi saya
berkata demikian.
Semua
ini benar-benar menyebalkan, bukan?
“Mati saja!”
Mungkin
kalimat tersebut akan terlontar jika ada yang membaca tulisan saya ini.
Sempat
terpikir memang untuk “mengakhiri”,
ya bisa saja saya mencicipi racun tikus yang saya taruh di sudut dapur rumah
saya. Tapi diri ini masih takut untuk berkenalan dengan maut dan jelas saya masih sangat menghargai hidup. Jadi persoalan
pun tetap berlanjut.
Ohh,
saya benci dengan diri saya yang seperti ini. Dengan masalah atau persoalan ini. Dengan
diri saya yang masih tak tahu menahu soal solusi. Atau saya memang yang
mengabaikan solusi? Atau memang saya yang menikmati diri-saya-yang-begini? Atau
saya terlalu takut untuk menjadi seperti kalian? Atau saya tak pantas menjadi
seperti kalian? Atau…? Atau….
Persoalan
pun berkembang biak.
Dan
kesendirian saya masih berlangsung entah-sampai-kapan.