Jumat, 28 Desember 2012

Yang Membingungkan

Saya pribadi masih bertanya istilah untuk orang yang ragu-ragu atau tidak berkeyakinan kepada dirinya sendiri. Apakah itu bisa disebut krisis kepercayaan diri? Atau apa? Jika skeptis berarti tidak mudah percaya, ragu-ragu, atau curiga terhadap atas apa yang bukan bersumber dari diri sendiri, jadi lawan dari skeptis cukup menjelaskan pertanyaan saya tadi? Ah saya masih tidak paham.

Ini menjadi masalah pada diri saya. Masalah terbesar. Saya tak pernah yakin terhadap diri saya sendiri, tidak pernah yakin saya bisa, atau mampu, atau apalah. Jika ada kolom yang meminta menuliskan satu kalimat mengenai diri saya, saya akan menulisnya; “Pemuda yang sama sekali tidak berfungsi, silahkan jauhi”.

Saya tampak menjijikkan? Ya, memang.

Saya pernah berpikir, apakah sesosok hantu yang menjelma menjadi krisis ini? Yang terus-terusan menghantui, mengerogoti, dan menguliti jiwa saya dalam setahun belakangan ini. Atau hantu yang sedang menjalani studinya di bidang psikologis, dengan saya yang menjadi objek materinya, dan lalu ia berhasil, dan hantu ini kemudian naik derajat menjadi Malaikat sebagai imbalan dari Tuhan atas apa yang telah ia lakukan pada diri saya.

Yah, bisa saja.

Persoalan lain adalah, saya sulit memahami atau mencoba mengelak terhadap apa yang orang lain berikan untuk membantu masalah saya ini. Jika ada yang mencoba, reaksi saya selalu seperti:

“Tidak, tidak. Saya tidak bisa. Saya tidak yakin.”

Atau jika berhubungan dengan asmara,

“Tidak, saya tidak yakin. Saya tidak yakin saya bisa dengannya, saya terlalu takut untuk mencoba. Saya tak melihat ada secuil kebahagiaan jika ia bersama saya.”

(Kenapa tiba-tiba asmara? Saya memang sedang kalut dalam hal asmara, dan kekalutan ini menjadi latar belakang saya untuk menulis ini, -titik.)

Dan jika begitu, saya sedikit iba terhadap si penolong. Iba karena ia sudah mencoba iba terhadap diri saya, tapi tampaknya tidak berhasil. Setidaknya asumsi saya berkata demikian.

Semua ini benar-benar menyebalkan, bukan?

“Mati saja!”

Mungkin kalimat tersebut akan terlontar jika ada yang membaca tulisan saya ini.

Sempat terpikir memang untuk “mengakhiri”, ya bisa saja saya mencicipi racun tikus yang saya taruh di sudut dapur rumah saya. Tapi diri ini masih takut untuk berkenalan dengan maut dan jelas saya masih sangat menghargai hidup. Jadi persoalan pun tetap berlanjut.

Ohh, saya benci dengan diri saya yang seperti ini. Dengan masalah atau persoalan ini. Dengan diri saya yang masih tak tahu menahu soal solusi. Atau saya memang yang mengabaikan solusi? Atau memang saya yang menikmati diri-saya-yang-begini? Atau saya terlalu takut untuk menjadi seperti kalian? Atau saya tak pantas menjadi seperti kalian? Atau…? Atau….

Persoalan pun berkembang biak.

Dan kesendirian saya masih berlangsung entah-sampai-kapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar